Kamis, 17 Mei 2012

BAHASA DAN ISI KEPALA

BAHASA DAN ISI KEPALA

Dikisahkan seorang Togar baru beberapa hari tinggal di Jakarta. Di Jakarta ia tinggal bersama pamannya. Sudah tiga hari Togar di rumah sang paman tanpa keluar rumah, Lama-kelamaan Togar pun merasa bosan diam saja di dalam rumah, ia meminta izin kepada pamannya untuk keluar rumah sebentar. “Tulang, boleh aku keluar sebentar saza ya ?” : pinta si Togar. “Ya boleh, awas kau jangan lama ya, 30 menit !” : jawab sang paman. Singkat cerita keluarlah Togar dari dalam rumah sang paman, melihat ke kanan dan kiri “wah, wah Zakarta memang keren, betul apa kata si mamak”. Setelah sekira 5 menit berjalan tiba-tiba perhatian Togar terfokus pada banner bertuliskan “WAROENG TJIREBON MENYEDIAKAN EMPAL GENTONG LEZAT”.  Togar pun memutuskan untuk masuk mampir ke warung tersebut.
“Pak, aku satu ya !” : pinta Togar. “Owh ya, sebentar mas”. Tidak berapa lama datanglah si abang penjual empal itu dengan membawa makanan andalannya “empal gentong khas Cirebon”. “nih mas, mangga” : ucap si abang empal. “ya ya, hm hm sedap kali baunya pasti enak”. Tanpa banyak cakap Togar dengan cepat melahap empal tersebut hingga habia tak bersisa dan malah nambah. “tambah lah lagi tulang, yang banyak ya !” : pinta si Togar. Mendengar pinta Togar si abang lekas ke ke belakang dan membawa banyak tulang buat si Togar dalam mangkuk besar. “ini bang tulangnya” : si abang berkata.  Melihat si abang membawa mangkuk berisi tulang Togar pun kaget :“waduuuhhh,,,,yang benar saza, masa isinya tulang semua, mana empalnya !!!!”.
Kejadian di atas hanyalah satu dari sekian banyak kasus salah mepersepsi / memaknai bahasa. Togar menggunakan kata “tulang” dengan makna paman atau abang, sedangkan si penjual empal memahaminya sebagai tulang dalam bahasa Indonesia yang berarti tulang sapi. Untung saja hanya masalah tulang sapi dan makan si Togar, bagaimana jika kejadian semacam ini terjadi dalam level yang besar seperti saat situasi genting semisal peperangan ?.   
Menurut sebagain besar filsuf, dunia ini adalah dunia yang tempat ia ditangkap, dan terutama dipersepsi oleh pancaindra dan otak (Pasiak, 2002). Persepsi diperoleh dari pancaindra melalui sensasi atau penginderaan. Saat mendengarkan lagu “semua tentang kita” karya Peterpan Anda dan saya  mempersepsikan lagu tersebut sama, mirip atau bahkan berbeda sama sekali. Saya mempersepsikan lagu tersebut sebagai sebuah lagu yang mengisahkan dua hati yang sudah lama  menyatu, kemudian waktu dan keadaan memaksan mereka berpisah. Nah , bagaimana dengan Anda mempersepikan lagu tersebut?.
Persepsi adalah pekerjaan otak, bila sensasi (masuknya impuls berupa informasi melalui pancaindra) terjadi pada ujung-ujung syaraf, maka persepsi terjadi pada pusatnya (Pasiak, 2002). Persepsi membentuk pikiran dan cara berpikir, komponen paling penting dalam berpikir adalah memperspsi (Pasiak, 2002). Ternyata persepsi memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahkan persepsi membentuk pikiran kita dan cara berpikirnya. Persepsi memiliki peranan penting dalam membentuk pikiran kita seperti pada saat mendengarkan  lagu Peterpan “Semua Tentang Kita”. Suara lagu masuk ke dalam telinga sehingga terjadi sensasi, setelah itu suara itu dihantarkan ke otak untuk dipersepsikan / atau dimaknai. Persepsi merupakan suatu proses dimana otak mengorganisasikan dan menginterpretaskan informasi sensorik (Carol & Wade, 2007).
Pada 1860, Paul Broca menemukan bahwa adanya kerusakan pada bagian tertentu di otak menimbulkan kesulitan berbicara (Pasiak, 2002).. Bagian otak tersebut kemudian dinamai area broca sesuai nama penemunya. Kerusakan Broca tersebut dinamakan afasia ekspresif atau afasia motorik. Penyaklit ini membuat penderitanya berbicara tanpa makna, aksentuasinya lambat dan tidak tegas. Hal ini menyebabkan lawan bicarnya kesulitan menangkap maksud yang hendak disampaikan si pembicara.
14 tahun kenudian pada 1874, Carl Wernicke menemukan bahwa kerusakan bagian tertentu pada otak dapat membuat seseorang kesulitan untuk berbahasa (Pasiak, 2002). Bagian otak tersebut kemudian dinamai area wernicke. Ucapan orang lain dapat didengar, huruf-hruf masih dapat dibaca tetapi semua informasi tersebut tidak dapat dia fahami. Orang yang   menderita kerusakan otak pada bagian ini mampu berbicara dengan kata dan artikulasi yang baik, namun apa yang diucapkannya tak bermakna. Kerusakan di area tersebut dinamakan afasia resptif atau afasia sensoris.
Anda pernah bukan mendengar istilah “bahasa menunjukkan bangsa” ?, bagaimana dengan istilah  “bahasa menunjukkan bahasa” ?. Anda mungkin setuju dengan istilah yang pertama bukan ?. Nah bagaimana dengan istlah yang kedua apakah Anda juga  menyetujuinya atau tidak setuju sama sekali ?.
Bahasa adalah bentuk komunikasi baik lisan, tulisan atau tanda yang didasarkan pada sistem simbol (Santrock, 2008). Dengan bahasa infromasi dapat ditransformasikan ke orang lain. Semakin banyak dan kompleks suatu informasi yang ingin disampaikan, maka semakin banyak dan kompleks pula bahasa yang digunakan. orang yang memiliki pengetahuan lebih banyak akan lebih banyak memiliki perbendaharaan kata dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki banyak pengetahuan.
Saya sewaktu SLTP belum begitu mengerti mengenai penggunaan istilah dalam pengetikan microsoft word. Kemudian apa yang saya lakukan ketika mengalami kesulitan untuk melakukan suatu perintah semacam cara mengkopi teks ?. Ya, saya akan menanyakannya ke kakak kelas dengan bahasa yang lugu : “kak, gimana caranya sih biar ini anu tulisannya bisa banyak ?”. Sang kakaK kelas mungkin akan menjawab: “owh itu, ya kamu tinggal di-drug aja diteksnya, control C terus di-paste”. Kata baru “drug”dan  “paste”  membuat saya bertanya lagi “apa sih kak “drug”dan  “paste” itu ?. Syukur kalo pengucapannya (fonologinya) benar jika salah (dibaca DRUG, PASTE misalkan; bukannya drag dan pest), saya malu dua kali.
Jika saja saya sudah tahu istilah untuk memperbanyak teks, tidak mungkin saya akan menggunakan kata “anu” dan tidak akan menanyakan ulang apa itu “drug”dan  “paste. Dari ceerita saya tadi jelas bukan kalau bahasa itu menunjukkan isi kepala ?.  Kegiatan berbahasa merupakan pekerjaan otak paling tinggi dan cangih yang membedakan kita dnegan makhluk lainnya (Pasiak, 2002). Semakin cerdas suatu makhluk, maka semakin pandai dia dalam menggunakan bahasa.
Coba Anda perhatikan bagaimana hewan-hewan disekitar Anda apakah mereka memiliki bahasa?. Jika ya, apakah ada di antara mereka yang memiliki bahasa sekompleks manusia?. Sebagai contoh kucing. Kucing saat lapar, saat terancam menggunakan bahasa dengan fonon yang sama “meong”, bahkan untuk menaksir lawan jenisnya kucing tetap saja menggunakan “meong”. Yang membedakannya mungkin hanya intonasi dan frekuensinya saja. Hal ini terjadi karena binatang seperti kucing tidak memiliki kapasitas biologis untuk berbahasa sebagaimana manusia (Santrock, 2007). Satu kata dalam “meong” di dunia kucing, memiliki banyak sekali semantik,  sehingga kucing memiliki keterbatasan dalam menyatakan hal yang lebih kompleks dan spesifik.
Mari kita bayangkan bagaimana jika kita hidup hanya menggunakan satu kata layaknya kucing. Ingin makan, minum, mandi, jalan-jalan, sekolah, “nembak” perempuan sama-sama bilangnya  ”meong”. Ketika kita ingin minta makan di warung nasi uduk yang pelayannya seorang nenek.  Mengatakan meong akan mungkin ditangkap naksir¸ padahal yang kita meminta makan, ditanggapi oleh si nenek tukang nasi uduk sebagai naksir. Wah kacau kan akibatnya ?. Fungsi bahasa dalam keseharian adallah untuk menanyakan mengenai respon atau ungkapan umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Nurhidayat, 2008).
Bahasa semakin berkembang seiring berkembangnya jaman. Kata-kata semacam kepo, galau, “nembak”, rese, lola (loading lama), dan bete mungkin belum ada di masa 50-an. Coba Anda tanyakan kata-kata tadi ke kakek atau nenek Anda apakah kata-kata tadi sudah ada di masa mereka. Bahasa sejatinya bukan berupa kata-kata saja (bahasa verbal), ada juga bahasa non verbal yang terdiri dari bahasa tubuh, bahasa alam, simbol-simbol dan apa saja yang memiliki makna atau dimaknai oleh menusia. Selain sebagai alat komunikasi bahasa juga menjadi alat berpikir (Pasiak, 2002)
            Bahasa  mengantarkan umat manusia dari masa prasejarah ke masa prasejarah. Sejak bahasa verbal dituangkan dalam bentuk simbol-simbo atau tulisan, manusia meninggalkan masa prasejarahnya menuju masa sejarah.  Dengan adanya tulisan manusia mampu membaca pesan / informasi yang ingin disampaikan  oleh penulisnya. Bahasa tulis digunakan untuk menyampaikan pesan hingga bahasa pengkodean di dunia komputer yang memungkinkan komputer memiliki kecerdasan artifisial., sebuah kecedasan ilmu komputer yang mengembangkan hard & software untuk emulasi fungsi kognitif manusia  (Levianti, 2012). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa memang memiliki peranan yang penting dalam proses berpikir manusia. Oleh karena itu ungkapan “Bahasa menunjukkan isi kepala” itu benar adanya.



DAFTAR PUSTAKA

Carol, Tavris & Wade, Carole 2007.  Psikologi Edisi Kesembilan Jilid  .terj. Widyastama, Benedicktine. Jakarta : Erlangga.
Levianti. 2012. Kecedasan Artifisial. ppt. Universiras Paramadina.
Nurhidayat, 2008. Ujian Nasional SMP. Jakarta : Media Pusindo.
Pasiak, Taufik. 2002. Revolusi IQ / EQ / SQ Menyingkap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Quran dan Neurosains Mutakhir. Bandung : Mizan.
Santrock, John. W. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Terj. Wibowo, Tri. Jakarta : Penerbit Kencana.

Sejarah Singkat Desa Patuanan, Leuwimunding, Majalengka

Sejarah Singkat Desa Patuanan sudah ditulis di wikipedia, harap liat versi revisi tunda untuk tulisan ter-update. DESA PATUANAN ...