BAHASA DAN ISI KEPALA
Dikisahkan seorang Togar baru
beberapa hari tinggal di Jakarta. Di Jakarta ia tinggal bersama pamannya. Sudah
tiga hari Togar di rumah sang paman tanpa keluar rumah, Lama-kelamaan Togar pun
merasa bosan diam saja di dalam rumah, ia meminta izin kepada pamannya untuk
keluar rumah sebentar. “Tulang, boleh aku keluar sebentar saza ya ?” : pinta si
Togar. “Ya boleh, awas kau jangan lama ya, 30 menit !” : jawab sang paman.
Singkat cerita keluarlah Togar dari dalam rumah sang paman, melihat ke kanan
dan kiri “wah, wah Zakarta memang keren, betul apa kata si mamak”. Setelah
sekira 5 menit berjalan tiba-tiba perhatian Togar terfokus pada banner bertuliskan “WAROENG TJIREBON
MENYEDIAKAN EMPAL GENTONG LEZAT”. Togar
pun memutuskan untuk masuk mampir ke warung tersebut.
“Pak, aku satu ya !” : pinta Togar.
“Owh ya, sebentar mas”. Tidak berapa lama datanglah si abang penjual empal itu
dengan membawa makanan andalannya “empal gentong khas Cirebon”. “nih mas,
mangga” : ucap si abang empal. “ya ya, hm hm sedap kali baunya pasti enak”.
Tanpa banyak cakap Togar dengan cepat melahap empal tersebut hingga habia tak
bersisa dan malah nambah. “tambah lah
lagi tulang, yang banyak ya !” : pinta si Togar. Mendengar pinta Togar si abang
lekas ke ke belakang dan membawa banyak tulang buat si Togar dalam mangkuk
besar. “ini bang tulangnya” : si abang berkata.
Melihat si abang membawa mangkuk berisi tulang Togar pun kaget
:“waduuuhhh,,,,yang benar saza, masa isinya tulang semua, mana empalnya !!!!”.
Kejadian di atas hanyalah satu dari
sekian banyak kasus salah mepersepsi / memaknai bahasa. Togar menggunakan kata
“tulang” dengan makna paman atau abang, sedangkan si penjual empal memahaminya
sebagai tulang dalam bahasa Indonesia yang berarti tulang sapi. Untung saja hanya
masalah tulang sapi dan makan si Togar, bagaimana jika kejadian semacam ini
terjadi dalam level yang besar seperti saat situasi genting semisal peperangan
?.
Menurut sebagain besar filsuf, dunia
ini adalah dunia yang tempat ia ditangkap, dan terutama dipersepsi oleh
pancaindra dan otak (Pasiak, 2002). Persepsi diperoleh dari pancaindra melalui sensasi atau penginderaan. Saat
mendengarkan lagu “semua tentang kita” karya Peterpan Anda dan saya mempersepsikan lagu tersebut sama, mirip atau
bahkan berbeda sama sekali. Saya mempersepsikan lagu tersebut sebagai sebuah
lagu yang mengisahkan dua hati yang sudah lama
menyatu, kemudian waktu dan keadaan memaksan mereka berpisah. Nah ,
bagaimana dengan Anda mempersepikan lagu tersebut?.
Persepsi adalah pekerjaan otak, bila
sensasi (masuknya impuls berupa informasi melalui pancaindra) terjadi pada
ujung-ujung syaraf, maka persepsi terjadi pada pusatnya (Pasiak, 2002).
Persepsi membentuk pikiran dan cara berpikir, komponen paling penting dalam
berpikir adalah memperspsi (Pasiak, 2002). Ternyata persepsi memiliki peranan
penting dalam kehidupan manusia. Bahkan persepsi membentuk pikiran kita dan
cara berpikirnya. Persepsi memiliki peranan penting dalam membentuk pikiran
kita seperti pada saat mendengarkan lagu
Peterpan “Semua Tentang Kita”. Suara lagu masuk ke dalam telinga sehingga
terjadi sensasi, setelah itu suara itu dihantarkan ke otak untuk dipersepsikan
/ atau dimaknai. Persepsi merupakan suatu proses dimana otak mengorganisasikan
dan menginterpretaskan informasi sensorik (Carol & Wade, 2007).
Pada 1860, Paul Broca menemukan bahwa
adanya kerusakan pada bagian tertentu di otak menimbulkan kesulitan berbicara
(Pasiak, 2002).. Bagian otak tersebut kemudian dinamai area broca sesuai nama penemunya. Kerusakan Broca tersebut
dinamakan afasia ekspresif atau afasia motorik. Penyaklit ini membuat
penderitanya berbicara tanpa makna, aksentuasinya lambat dan tidak tegas. Hal
ini menyebabkan lawan bicarnya kesulitan menangkap maksud yang hendak
disampaikan si pembicara.
14 tahun kenudian pada 1874, Carl
Wernicke menemukan bahwa kerusakan bagian tertentu pada otak dapat membuat
seseorang kesulitan untuk berbahasa (Pasiak, 2002). Bagian otak tersebut
kemudian dinamai area wernicke. Ucapan
orang lain dapat didengar, huruf-hruf masih dapat dibaca tetapi semua informasi
tersebut tidak dapat dia fahami. Orang yang
menderita kerusakan otak pada bagian ini mampu berbicara dengan kata dan
artikulasi yang baik, namun apa yang diucapkannya tak bermakna. Kerusakan di
area tersebut dinamakan afasia resptif atau
afasia sensoris.
Anda pernah bukan mendengar istilah
“bahasa menunjukkan bangsa” ?, bagaimana dengan istilah “bahasa menunjukkan bahasa” ?. Anda mungkin
setuju dengan istilah yang pertama bukan ?. Nah bagaimana dengan istlah yang
kedua apakah Anda juga menyetujuinya
atau tidak setuju sama sekali ?.
Bahasa adalah bentuk komunikasi baik
lisan, tulisan atau tanda yang didasarkan pada sistem simbol (Santrock, 2008).
Dengan bahasa infromasi dapat ditransformasikan ke orang lain. Semakin banyak
dan kompleks suatu informasi yang ingin disampaikan, maka semakin banyak dan
kompleks pula bahasa yang digunakan. orang yang memiliki pengetahuan lebih
banyak akan lebih banyak memiliki perbendaharaan kata dibandingkan dengan orang
yang tidak memiliki banyak pengetahuan.
Saya sewaktu SLTP belum begitu
mengerti mengenai penggunaan istilah dalam pengetikan microsoft word. Kemudian apa yang saya lakukan ketika mengalami
kesulitan untuk melakukan suatu perintah semacam cara mengkopi teks ?. Ya, saya
akan menanyakannya ke kakak kelas dengan bahasa yang lugu : “kak, gimana caranya sih biar ini anu tulisannya
bisa banyak ?”. Sang kakaK kelas mungkin akan menjawab: “owh itu, ya kamu
tinggal di-drug aja diteksnya, control C terus di-paste”. Kata baru “drug”dan
“paste” membuat saya bertanya lagi “apa sih kak “drug”dan “paste” itu ?. Syukur kalo
pengucapannya (fonologinya) benar jika salah (dibaca DRUG, PASTE misalkan;
bukannya drag dan pest), saya malu dua kali.
Jika saja saya sudah tahu istilah untuk
memperbanyak teks, tidak mungkin saya akan menggunakan kata “anu” dan tidak
akan menanyakan ulang apa itu “drug”dan
“paste. Dari ceerita saya tadi jelas bukan kalau bahasa itu
menunjukkan isi kepala ?. Kegiatan
berbahasa merupakan pekerjaan otak paling tinggi dan cangih yang membedakan
kita dnegan makhluk lainnya (Pasiak, 2002). Semakin cerdas suatu makhluk, maka
semakin pandai dia dalam menggunakan bahasa.
Coba Anda perhatikan bagaimana
hewan-hewan disekitar Anda apakah mereka memiliki bahasa?. Jika ya, apakah ada
di antara mereka yang memiliki bahasa sekompleks manusia?. Sebagai contoh
kucing. Kucing saat lapar, saat terancam menggunakan bahasa dengan fonon yang sama “meong”, bahkan untuk menaksir lawan jenisnya kucing tetap
saja menggunakan “meong”. Yang membedakannya mungkin hanya intonasi dan frekuensinya
saja. Hal ini terjadi karena binatang seperti kucing tidak memiliki kapasitas
biologis untuk berbahasa sebagaimana manusia (Santrock, 2007). Satu kata dalam
“meong” di dunia kucing, memiliki banyak sekali semantik, sehingga kucing
memiliki keterbatasan dalam menyatakan hal yang lebih kompleks dan spesifik.
Mari kita bayangkan bagaimana jika
kita hidup hanya menggunakan satu kata layaknya kucing. Ingin makan, minum,
mandi, jalan-jalan, sekolah, “nembak”
perempuan sama-sama bilangnya ”meong”.
Ketika kita ingin minta makan di warung nasi uduk yang pelayannya seorang
nenek. Mengatakan ”meong” akan mungkin
ditangkap naksir¸ padahal yang kita
meminta makan, ditanggapi oleh si nenek tukang nasi uduk sebagai naksir. Wah kacau kan akibatnya ?.
Fungsi bahasa dalam keseharian adallah untuk menanyakan mengenai respon atau
ungkapan umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Nurhidayat,
2008).
Bahasa semakin berkembang seiring
berkembangnya jaman. Kata-kata semacam kepo,
galau, “nembak”, rese, lola (loading lama), dan bete mungkin belum ada di masa 50-an. Coba Anda tanyakan kata-kata
tadi ke kakek atau nenek Anda apakah kata-kata tadi sudah ada di masa mereka.
Bahasa sejatinya bukan berupa kata-kata saja (bahasa verbal), ada juga bahasa
non verbal yang terdiri dari bahasa tubuh, bahasa alam, simbol-simbol dan apa
saja yang memiliki makna atau dimaknai oleh menusia. Selain sebagai alat
komunikasi bahasa juga menjadi alat berpikir (Pasiak, 2002)
Bahasa mengantarkan umat manusia dari masa
prasejarah ke masa prasejarah. Sejak bahasa verbal dituangkan dalam bentuk
simbol-simbo atau tulisan, manusia meninggalkan masa prasejarahnya menuju masa
sejarah. Dengan adanya tulisan manusia
mampu membaca pesan / informasi yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Bahasa tulis digunakan untuk
menyampaikan pesan hingga bahasa pengkodean di dunia komputer yang memungkinkan
komputer memiliki kecerdasan artifisial., sebuah kecedasan ilmu komputer
yang mengembangkan hard & software untuk emulasi fungsi kognitif
manusia (Levianti, 2012). Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa bahasa memang memiliki peranan yang penting dalam
proses berpikir manusia. Oleh karena itu ungkapan “Bahasa menunjukkan isi
kepala” itu benar adanya.
DAFTAR PUSTAKA
Carol, Tavris & Wade, Carole 2007. Psikologi Edisi Kesembilan
Jilid .terj. Widyastama,
Benedicktine. Jakarta : Erlangga.
Levianti. 2012. Kecedasan
Artifisial. ppt. Universiras Paramadina.
Nurhidayat, 2008. Ujian Nasional
SMP. Jakarta : Media Pusindo.
Pasiak, Taufik. 2002. Revolusi
IQ / EQ / SQ Menyingkap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Quran dan Neurosains
Mutakhir. Bandung : Mizan.
Santrock, John. W. Psikologi
Pendidikan Edisi Kedua. Terj. Wibowo, Tri. Jakarta : Penerbit Kencana.